Zulaini diosanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PANDEMI COVID 19,MENANTANG

Akhir 2019 tampak biasa, ketika berita televisi menyiarkan tentang virus yang diberi nama Covid-19. Awal kemunculannya berasal dari Wuhan, yang sekarang terkenal karena virusnya. Virus itu menyebar bagai detik jarum jam yang terus berputar. Negara-negara besar seperti Tiongkok, Taiwan, Korea, Jepang, Turki, Jerman, bahkan Saudi Arabia pun terjangkit wabah yang mematikan itu.

Berita itu masih terasa biasa, karena aku hanya melihatnya dari layar kaca. Namun, lama kelamaan menimbulkan kekhawatiran. Ketika 17 Maret 2020 lalu, pemerintah daerah mengumumkan melalui surat edaran bahwa sekolah harus diliburkan. Aku mulai merasa cemas. Artinya, ini adalah keadaan yang darurat. Virus itu mulai masuk ke Indonesia, dan kini semakin dekat dengan kotaku atau tempat tinggalku.

Dalam keadaan yang panik, apa yang bisa kulakukan. Selain, menyetok sembako, menghindari kontak langsung dengan orang lain, menjaga jarak, rajin mencuci tangan. Kemudian tidak lupa, menyediakan masker, handsanitizer yang sejak Corona mulai naik daun.

Sejenak terpikir, apakah akan seperti seburuk yang terjadi di Wuhan sana ? Aku hanya bisa berdoa, Ade keluargaku terhindar dari Corona.

Satu Minggu terasa biasa saja, ketika kami sekeluarga menghabiskan waktu hanya di rumah. Aktivitas di rumah pun biasa saja, tidak ada yang berubah. Minggu kedua mulai terasa bosan. Biasanya pergi ke sekolah, mendengar tawa riang canda dari siswa-siswiku. Kini apa kabar mereka ?

Belajar mulai di rumah dan di pantau oleh orang tua pasti rasanya menyenangkan Sementara, aku hanya bisa memantau mereka dari jarak jauh.

Covid-19 ini mulai menantangku, seakan batasan-batasan saat ini ingin kulampaui. Jika siswa-siswi di rumahkan, maka apa kerja guru jika guru juga di rumahkan. Tidak ingin dikatakan makan gaji buta, maka guru harus melewati tantangan itu. Covid-19 bukanlah hambatan untuk mencerdaskan anak bangsa, melainkan mengajarkan bagaimana guru bisa berinovasi dan berkreasi untuk tetap bereksistensi dalam mendidik anak bangsa dengan jalur belajar jarak jauh. Setidaknya dengan begitu, orang tua punya pengalaman menjadi guru bagi anak-anaknya di rumah itu tidaklah mudah. Dan nilai positifnya, secanggih apapun teknologi tetapi tidak akan bisa menggantikan guru.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post