Pagi itu, sekolah kami memperingati Hari Guru Nasional dengan pelaksanaan upacara, yang dilakukan oleh guru.

Semua pelaksana dilakukan oleh pemakai seragam PGRI, bukan pemakai seragam SMP seperti biasanya.

Tidak ada suara terdengar, seperti biasa, semuanya seakan terbius oleh sakralnya momment ini.

Ibu Yuliati bicara dengan suara berat dan tegas mulai membaca susunan acara pagi itu, diiringi dengan bergeraknya bapak Azwir yang bertindak sebagai Pemimpin Upacara.

Masing-masing komandan pasukan dari setiap tingkat melaporkan kesiapan mereka untuk melaksanakan upacara ini.

Pembina upacara oleh bapak kepala sekolah kami, bapak Andri, sudah siap berdiri dengan wibawanya yang kental. Disamping kiri beliau berdiri bapak Mirzon bertindak sebagai pembawa teks Pancasila.

Penggerek bendera dilakukan oleh bu Weni, bu Pit dan bu Desi. Mereka sudah siap diujung kiri lapangan. Disamping mereka telah siap juga ibu Afiah pembaca Ikrar Guru bersama saya pembaca teks Pembukaan UUD 45 .

Diujung paling kanan lapangan sudah siap ibu Eva sebagai pemimpin lagu bersama anak-anak pemegang alat musik korsik.

Semua guru berdiri didepan membuat pagar betis , siap untuk mengikuti upacara petingatan Hari Guru Nasional.

Upacara berlangsung khidmat, semua siswa terpaku melihat penampilan bapak ibu guru mereka.

Setelah upacara usai, anak-anak menyerbu para guru secara tiba-tiba.Ternyata mereka telah menyiapkan sekuntum bunga yang disembunyikan didalam baju mereka. Masing-masing punya sekuntum yang siap diberikan kepada guru yang mereka inginkan. Beberapa kelas juga menyiapkan kue tart yang sudah siap untuk dibagikan untuk para guru.

Beberapa anak, mendekatiku, ada yang memberikan sebuah kartu ucapan, ada yang memberikan sekuntum mawar, ada yang menyerahkan bungkusan kecil, ada juga yang memberikan sebuah amplop kecil yang berisikan surat, dan ada yang menyuapkan kue kemulutku.

Alhamdulillah, semua itu membuatku terharu dan bangga, momment ini begitu berharga, yang terus terjadi setiap tahun dengan versi berbeda.Tiada kata yang terucap dari mulutku kecuali "terima kasih siswaku".

Tidak ada kebahagiaan seorang guru, selain disapa oleh siswanya dan mendengar bahwa siswanya berhasil menjadi orang sukses.

Aku bangga jadi guru !!