Aroma itu mulai muncul lagi. Beberapa kali aku mencium aroma yang sama di malam hari. Di jam yang hampir sama. Aroma melati yang khas. Ah siapa yang memetik bunga melati malam-malam buta begini. Bulu romanku mulai berdiri. Semilir angin dan hujan gerimis menambah sunyi suasana malam ini. Apalagi di rumah hanya ada aku dan adik perempuanku. Ayah dan ibu pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.

Aku mencoba memejamkan mata. Berharap semua sugesti negatif dan ketakutanku hilang bersama mimpi. Baru saja aku hampir terlelap. Tiba-tiba sunyi pecah oleh suara lembut seorang perempuan, aku ingat satu pekan yang lalu aku juga mendengar suara yang sama, munculnya bersamaan dengan aroma khas melati itu. Aku berusaha mendengarkan dengan seksama, tapi aku tidak dapat menangkap dengan baik apa yang ia bicarakan.

Ku singkirkan selimut yang menutupi tubuhku yang sedari tadi berusaha ku hangatkan. Aku mengikuti sumber suara itu, dan suaranya semakin jelas. Arahnya dari kamar adikku. Tapi aku yakin itu bukan suaranya. Perlahan ku buka pintu kamarnya.

"Ngapain sih kak, menyelinap begitu? Kaya mau mergokin maling aja?" Sahut adikku dari balik pintu kamarnya.

Ku dapati adikku sedang asyik menyeruput segelas teh panas di depan laptop.

"Kamu ngapain?" Tanyaku.

"Ini lagi ada agenda rapat pekanan online dengan teman-teman organisasi di kampus."

Ya Allah ternyata suara perempuan itu suara dari laptop adikku.

"Itu yang wangi melati apaan?" Tanyaku dengan wajah serius tanpa ekspresi.

"Oh ini teh melati. Oleh-oleh dari teman aku. Katanya khas dari daerahnya gitu. Wangi kan? Kakak mau?"

Keningku mengkerut. "Ih ogah. Wanginya horor." Jawabku ketus dan berlalu pergi.

Berau 24 Mei 2021

#Belajar Menulis

#TaguHari-03