Ceita Ramadan Hari Pertama
“Aduh pinggang kiriku kok sakit sekali,” keluh Mus pagi itu ketika duduk di ruang depan menikmati makan sahur pertama kali bersama anak dan suaminya.
“Apa Mus? Coba diobati minyak kayu putih atau minyak serba guna,” kata suaminya merasa kasihan melihat istrinya mengerang kesakitan.
“Aku takut peristiwa dua puluh sembilan tahun yang lalu terulang, Pak. Sakit sekali. Gak bisa jalan dan rasanya ingin buang air kecil terus,” kata Mus sambil memegangi pinggangnya yang selalu dielus dan dipijitnya.
“Coba Andi urut sebentar, Bu. Semoga cepat sembuh,” pinta Andi anak Mus nomor dua dengan penuh pengertian.
“Ya, sini Le. Sebelah kiri pinggang Ibu terasa sakit sekali.”
Andi mulai mengurut pinggang kiri Mus dengan penuh kasih sayang.
“Ibu capai mungkin. Nanti habis salat subuh, segera istirahat saja Bu,” pinta Andi.
“Ya Ibu salat subuh di rumah saja. Sudah gak kuat menahan rasa sakit.”
“Bu kita jamaah di rumah saja, gak usah di musola. Habis itu kamu istirahat. Nanti jika sampai pagi masih sakit, segera kita periksa,” kata bapak serius.
“Ya, pak, saya takut jika kambuh sakitku.”
Sekitar tahun 1990, Mus pernah sakit yang cukup berat. Saat itu dia masih kuliah di Jogja. Di tempat kostnya dia menempati kamar berdua dengan Sustilah. Tempat tidur ya hanya papan kayu blabak biasa. Tempat tidur berukuran satu setengah meter itu ditempati berdua. Sudah pasti mereka juga sulit bergerak ketika tidur.
Pagi itu, Mus merasa badan kurang enak. Padahal dia harus melaksanakan kegiatan studi banding ke Solo. Di tengah perjalanan, dia merasakan pinggangnya sakit yang luar biasa. Di dalam bus dia hanya berdoa dan merintih sepanjang jalan. Tubuhnya direbahkan di kursi paling belakang dari bus.
Sungguh penderitaan yang luar biasa.
Keesokan hari, dia diantar beberapa teman kost pulang dan sekalian berkenalan dengan keluarga Mus.
Mereka nampak senang karena ketika ke rumah Mus naik dokar semacam andong yang jarang ditemuinya.
Mus segera periksa ke dokter terdekat. Dari dokter Mus baru mengetahui keadaannya.
“Ini Mbak. Dari hasil periksa dan analisa, ternyata ada gejala batu ginjal. Saya beri obat sirup, nanti jika selama satu minggu belum ada perubahan, ke sini lagi ya,” perintah dokter itu.
“Ada pantangan atau larangan apa Dok?” tanya Mus ingin tahu.
“Oh ya, perbanyak minum air putih, jauhi jeroan, emping, dan sayuran berserat, ya.”
“Iya Dok, terima kasih.”
Pak Muhroji, seorang dokter umum, tetapi banyak yang merasa cocok periksa dengannya. Alhamdulillah, Allah memberikan kesembuhan melalui obat yang diberikan pak Muhroji.
Seminggu berlalu.
Mus tidak lagi merasakan sakit pinggangnya. Mungkin Allah telah memberikan kesembuhan. Mus dapat beraktivitas lagi seperti biasanya.
Semenjak itu, Mus rajin mengkonsumsi air putih. Bahkan Mus merasakan bahwa air putih itu lebih manis daripada air teh.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar