Menu Hari Ini
“Aku mau upload dululah hasil masakku hari ini?” ucap Nisa sambil mengambil ponsel pintar di atas meja.
“Wah bagus juga setelah difoto. Menggiurkan padahal soal rasa hm … gak tahu ya,” kata Nisa sambil tersenyum melihat hasil fotonya.
Sebuah notifikasi WA masuk ke ponsel Nisa.
[Sudah masak belum Nis? Ni aku kirimkan ya hasil masakku hari ini. Cukup sambal goreng ati dan jus jambu kesuakaan suami].
Nisa memandang WA dari sahabat kentalnya, Marisa, lalu membalasnya.
[Wah pinter masak juga ya ternyata kamu. Mau dong aku sambal gorengnya. Jusnya bikin ngiler.]
[Aku akan upload di fb kok. Ya pingin sedikit cerita saja.], balas WA Marisa.
[Aku juga ah, siapa tahu ada yang suka], WA itu diakhiri dengan emoticon tertawa.
Tiba-tiba Syamsu suami Nisa pulang dari kerja. Ucapan salamnya tidak terdengar oleh telinga Nisa. Nisa pun kaget.
“ Mas, sudah pulang to? Kok lebih awal, atau karena puasa?”
“Ya jadwal puasa kan beda. Jadi semua dikurangi jamnya. Nis, mbok ya kira-kira dong jika main HP. Masa ada salam sampai gak kedengeran?”
“Yah maaf, Mas. Baru njawab WA Marisa tadi.”
“Huh!” Syamsu mendesah pelan.
“Oh ya, Mas. Aku sudah masak ini lo, enak nih. Sudah kuupload ke fb segala,” kata Nisa kegirangan.
Syamsu mengernyitkan kening. Merasa ada sesuatu yang salah pada diri Nisa, istrinya.
Sambil melepas baju kerjanya dan mengambil kaos oblong, Syamsu akhirnya harus berkomentar.
“Nis, aku mau mandi dulu. Habis itu aku mau cerita.”
“Wah cerita? Apa tuh, jadi pensaran banget nih,” ucap Nisa tak sabar.
Lima menit kemudian, Nisa pun sudah siap di kursi depan. Bayu anaknya dibiarkan mengerjakan tugas dari gurunya. Biasanya bila kesulitan baru minta tolong pada bapak atau ibunya.
“Cerita apa, Mas, kok kayaknya serius banget.”
“Gini Nis. Aku boleh gak protes?”
“Protes? Protes masalah apa sih Mas?”
“Itu lo, kamu upload hasil masakan ke medsos. Paham gak kamu?”
“Maksud Mas gimana?”
“Kebiasaan memamerkean makanan itu menurut Islam kurang baik. Karena langsung atau tidak langsung perbuatan itu merupakan aib keluarga.”
“Kok aib sih Mas?”
“Ya, lah. Kan orang jadi tahu apa yang kau masak hari ini. Coba jika kamu tidak upload, pasti orang juga tidak paham.”
“Oh gitu ya. Jadi aku termasuk berdosa?”
“Ya pikir sendiri saja.”
“Padahal teman-teman suka banget sih memfoto hasil masakan terus biasanya kan dikomen. Jika banyak yang komen jadi seneng rasanya.”
“Nah itu juga terlihat pamer kan?”
“Iya sih.”
“Tidak semua orang boleh tahu apa kegiatanmu, atau apa masakanmu hari ini. Karena setiap orang punya pandangan dan kondisi yang berbeda. Apalagi zaman sekarang, saat ini, wabah sedang melanda. Semua orang merasakan kesulitan, bukan hanya ekonomi tapi semua peri kehidupan terasa bedanya. Saya hanya minta kamu jangan lagi upload-upload masakan atau kegiatan yang kau lakukan. Tidak semua orang harus tahu aktivitasmu,” jelas Syamsu panjang lebar.
“Oklah jika begitu.”
“Yang kemarin biarlah untuk pelajaran berharga. Besuk jangan diulangi ya?”
“Siap Bos!”
Matahari sudah mulai bersembunyi. Awan merah juga telah menampakkan diri. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara azan magrib. Bayu, Syamsu dan Nisa pun bersiap menikmat menu buka hari ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar