The Godfather of Broken Heart iItu Kini Telah Tiada
Hari ini, Selasa, 5 Mei 2020 menjadi sejarah tersendiri bagi seniman musik Indonesia. Salah satu seniman musik campur sari yang sangat terkenal dengan sebutan The Godfather of Broken Heart meninggalkan kita semua. Tak sempat terdengar bahwa Didi Kempot pernah sakit, tetapi tiba-tiba hari menjadi hari kenangan bagi kita. Berita meninggalnya Didi Kempot seakan tak bisa dipercaya.
Didi Kempot mengawali karier musiknya sejak tahun 1984 dengan menjadi pemusik jalanan atau pengamen di sekitar stasiun Balapan, Solo, Jawa Tengah, kemudian lari ke Jogjakarta di sekitar Malioboro. Nama Kempot mempunyai arti tersendiri yaitu Kelompok Penyanyi Trotoar. Nama asli Didi Kempot Didi Prasetyo, namun nama Kempot lebih melekat bagi dirinya sebagai seorang penyanyi.
Pria yang tidak tamat SMA ini mulanya mengamen di sekitar stasiun Balapan, dan kemudian hijrah mengadu nasib ke Jakarta bersama kelompoknya dengan menawarkan rekaman lagu-lagunya. Ada salah satu produser yang tertarik dengan suaranya ketika ditunjukkan rekamannya. Tahun 1988 album pertama lahir berjudul Stasiun Balapan. Lagu itu lahir karena terinspirasi penumpang di stasiun tersebut. Lagu itu diciptakan ketika mengamen di daerah itu.
Jenis musik yang dilantunkan adalah campursari (keroncong dangdut-congdut) yang merupakan orkes keroncong, alat dan nama musiknya dipadukan dengan alat musik gamelan dan alat musik dangdut.
Hampir semua lagu-lagunya menjadi hits, dan liriknya bertema patah hati, hingga mendapat julukan The Godfather of Broken Heart. Istilah itu diberikan oleh penggemar Didi Kempot yang sering menyebut dirinya sad bois atau sad girls atau ambyar.
Sebelum meninggal dunia, Didi sempat kejang-kejang, mungkin serangan jantung dan kelelahan mempersiapkan konser bersama penyanyi special tembang lawas, Yuni Shara.
Ketika SMP pernah menjual sepeda pemberian bapaknya untuk membeli gitar. Tahun 1984-1986 mengadu nasib sebagai pengamen di stasiun Balapan, berbekal ukulele dan gendang.
Julukan The Godfather of Broken Heart tercetus saat Didi Kempot tampil pada acara Bakdan Ing Balekambang di Taman Balekambang Solo, 9 Juni 2019. Kemudian julukan itu pun mendapat pengesahan pada Musyawarah Nasional Pengukuhan Awal Solo Das Bois Club di rumah Blogger Indonesia, tanggal 15 Juni 2019.
Beberapa karyanya adalah Cidro, yang menceritakan kisah cintanya dengan seorang gadis tetapi kandas. Didi juga pernah tampil di Suriname dan Eropa. Setelah kembali ke Indonesia beberapa album pun diluncurkan, antara lain Plong (2000)< Ketaman Asmoro (2001), Pokoe Melu (2002), Cucak Rowo (2003), Jambu Alas (2004), Ono Opo (2005).
Kini, Didi Kempot telah tiada pada hari ini yang bertepatan dengan 12 Ramadan 1441 H, semoga husnul khatimah, diampni segala dosa dan kesalahannya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan.
(Dari berbagai sumber)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar