ZUYYINAH

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, itulah mottonya. Lahir di Kudus 9 Januari 1964. Sebagai anak pertama dari delapan bers...

Selengkapnya
Navigasi Web
GUA JATIJAJAR KEBUMEN (Hari ke-795)

GUA JATIJAJAR KEBUMEN (Hari ke-795)

Gua Jatijajar merupakan salah satu destinasi wisata andalan di kabupaten Kebumen, selain Waduk Sempor. Lokasi Gua Jatijajar terletak di desa Jatijajar, kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Di dalam gua terdapat sungai bawah tanah yang masih aktif. Terdapat empat sendang, yaitu Sendang Kantil, Sendang Mawar, Sendang Puserbumi, dan Sendang Jombor. Situs geologi di kabupaten Kebumen terbentuk dari proses alamiah.

Gua Jatijajar terbentuk dari kapur yang memiliki panjang lorong sekitar 250 meter, lebar rata-rata 15 meter, dan tinggi rata-rata 12 meter. Di dalamnya terdapat dua macam gugusan batu kapur, yaitu stalaktit dan stalakmit. Stalaktit, yang ada di langit-langit dengan ujung meruncing ke bawah, dan stalakmit yang berdiri tegak di lantai berbentuk kerucut. Ada juga pilar atau tiang kapur, yaitu pertemuan antara stalaktit dengan stalagmit.

Stalaktit, stalakmit, dan tiang kapur, semuanya terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batu-batu kapur yang ditembusnya.

Menurut penelitan para ahli, pembentukan staglamit ini memerlukan waktu yang lama. Dalam satu tahun hanya bisa membentuk 1 cm saja. Dengan melihat staglamit yang ada di goa Jatijajar, menggambarkan bahwa goa ini sudah berumur sangat tua.

Gua Jatijajar pernah menjadi lokasi pertapaan Raden Kamandaka. Dia merupakan putra mahkota dari Kerajaan Pajajaran. Cerita pertapaan Raden Kamandaka ini terkait dengan kisah Lutung Kasarung.

Pengelola obyek wisata Gua Jatijajar membuat diorama yang dipasang di dalam gua, untuk menguatkan cerita legenda percintaaan abadi antara Raden Kamandaka dan Dewi Ciptarasa dari cerita Lutung Kasarung. Ada delapan diorama di sepanjang lorong gua, yang terdiri dari 32 patung.

Diorama menyajikan pemandangan dalam ukuran kecil yang dilengkapi dengan patung dan perincian lingkungan seperti aslinya, serta dipadukan dengan latar yang alami.

Legenda Lutung Kasarung sudah melekat di masyarakat Banyumas dan sekitarnya. Karena Kamandaka selalu memberikan nama pada setiap tempat yang disinggahi. Nama asli Kamandaka adalah Banyak Cakra seorang pangeran dari Pajajaran, putra sulung Prabu Siliwangi.

Cerita Kamandaka bermula dari Kerajaan Pajajaran, waktu itu Prabu Siliwangi memanggil keempat putranya yaitu Banyak Cakra, Banyak Ngampar, Banyak Blabur, dan Retno Pamungkas.

Merasa usianya sudah tua Sang Prabu meminta Banyak Cakra menggantikan kedudukannya menjadi Raja Pajajaran. Tetapi, Banyak Cakra belum siap karena belum cukup ilmu dan belum mempunyai istri.

Banyak Cakra berkeinginan memiliki istri yang mirip dengan ibunya. Hal ini membuat Prabu Siliwangi murka. Prabu Siliwangi menyangka bahwa Banyak Cakra menyukai ibunya, akhirnya ia diusir dari Pajajaran.

Dalam perjalanannya meninggakan Pajajaran, sampailah ia di Kadipaten Pasirluhur. Banyak Cakra mengganti nama menjadi Raden Kamandaka. Saat itu yang berkuasa sebagai adipati adalah Handadaha dan patihnya Reksanata.

Adipati Handadaha mempunyai 25 putri, yang paling bungsu bernama Dewi Cipta Rasa. Selama di Pasirluhur, Kamandaka mengabdi pada Patih Reksanata. Karena budi pekertinya yang baik Kamandaka diangkat menjadi putra angkat Patih Reksanata.

Sampai akhirnya dapat berkenalan dengan Dewi Cipta Rasa. Melihat paras dan budipekerti Dewi Cipta Rasa yang mirip dengan ibunya, Kamandaka terpikat dan menyukai Dewi Cipta Rasa.

Kamandaka nekat masuk ke Taman Keputren tanpa ijin untuk menemui Cipta Rasa. Kehadiran Kamandaka sempat diketahui oleh prajurit, dan dilaporkannya ke Adipati Handadaha.

Sang Adipati murka dan memerintahkan untuk menangkap Kamandaka. Kamandaka berhasil lolos dari para prajurit yang akan menangkapnya. Kamandaka selalu memberikan nama pada setiap daerah yang disinggahi sesuai dengan kejadian yang dialami dan dilihatnya, seperti sampai di Gua Jatijajar (pohon jati yang berjajar).

Berwisata menjelajah dunia untuk mengagungkan kebesaran Allah ta’ala ada dalam Al-Qur’an surah Al-Mulk ayat 15:

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15).

Wallaahu a’lam

Semoga barakah manfaat

Kudus, 5 Maret 2024 (Hari ke-795)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah ta'ala.

05 Mar
Balas

Berkah barakah semuanya.

05 Mar

Waw ceritanya seru,.... entah sudah berapa puluh tahun saya tidak pernah ke sana lagi.

05 Mar
Balas

Alhamdulillah Pak Rochadi, sehat dan sukses selalu.

05 Mar

Mantap

05 Mar
Balas

Barakallaah.

05 Mar



search

New Post