ZUYYINAH

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, itulah mottonya. Lahir di Kudus 9 Januari 1964. Sebagai anak pertama dari delapan bers...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH TELADAN SYAKHONA KHOLIL BANGKALAN MADURA  (Hari ke-136)

KISAH TELADAN SYAKHONA KHOLIL BANGKALAN MADURA (Hari ke-136)

Seorang Kyai Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, bernama Abdul Latif merasakan kegembiraan, karena mendapat karunia dengan lahirnya seorang putra pada tanggal 27 Januari 1820 M, yang diberi nama Muhammad Kholil.

Setelah membacakan adzan di telinga sang putra, KH. Abdul Latif berdoa, memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Muhammad Kholil kelak menjadi pemimpin umat. Allah mengabulkan doa KH. Abdul Latif. Muhammad Kholil yang kemudian terkenal dengan Syaikhona Kholil menjadi salah satu pemimpin besar umat Islam.

Syakhona Kholil alBangkalan berasal dari keluarga ulama, ayahnya, KH Abdul Latif, memiliki ikatan darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Latif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini merupakan anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati.

Muhammad Kholil dididik sangat ketat oleh sang ayah sejak kecil. Kebetulan juga Muhammad Kholil di masa kecil sangat haus akan ilmu. Terutama yang berkaitan dengan ilmu Fiqh dan nahwu. Istimewanya lagi sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Malik sejak usia muda.

Kemudian ayahnya mengirim Muhammad Kholil untuk menimba ilmu yang lebih luas ke sejumlah pondok pesantren. Awal pendidikannya belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

Dari Ponpes Langitan Tuban pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Keboncandi, belajar dengan Kyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, berjarak 7 kilometer yang harus ditempuh dari Keboncandi. Saat melakukan perjalanan dari Keboncandi ke Sidogiri, selalu membaca Surat Yasin.

Di masa mudanya Muhammad Kholil memiliki keinginan untuk menimba ilmu ke Mekkah. Saat usianya mencapai 24 tahun, setelah menikah memutuskan untuk pergi ke Mekkah. Ongkos melakukan perjalanan ke Mekkah dari hasil kerja kerasnya menabung saat masih menyantri di Banyuwangi. Selama melakukan pelayaran menuju Mekkah, Mbah Kholil berpuasa, bukan karena untuk menghemat uang, tetapi tujuan ini agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan agar selamat sampai tujuan.

Syekh Kholil ketika belajar di Mekah mampu menulis Alfiyah selama 3 hari dan kemudian setelah selesai di jual kepada santri dan hasilnya diberikan kepada guru beliau.

Syaikhona kholil Bangkalan adalah ulama sekaligus tokoh penentu berdirinya Nahdhatul Ulama pada tahun 1926 H. Beliau lahir 1820 H dan wafat bulan Ramadan tahun 1925 H. Beliau dikenal sebagai ulama yang melahirkan tokoh-tokoh pesantren di Pulau Jawa, dan luar jawa. Syaikhona Kholil Bangkalan dikenal sebagai wali masyhur di masanya, karena banyak karomah yang melekat pada diri Syaikhona Kholil. Juga sanad keilmuan terutama ilmu Nahwu dan Tafsir Al-quran, serta Qiraat.

Bagi kalangan pesantren, Syekh Kholil adalah wali Allah, pemimpin pesantren Demangan Bangkalan dan pemimpin masyarakat di masanya. Ada pepatah, jika belum berkunjung ke Syekh Kholil, belum sempurna ilmu yang didapat di pesantren.

Syaikhona kholil menuntut ilmu agama kurang lebih 30 tahun lamanya, terhitung sejak usia 14 tahun sampai menikah. Selain pecinta ilmu, ternyata syaikhona mempunyai kiprah sosial yang patut ditiru oleh santri Pesantren.

Syaikhona ahli sedekah kepada masyarakat sekitar, terutama mereka yang miskin. Juga sangat menghormati tamu yang datang. Syaikhona Kholil juga sering memberi uang saku, makanan kepada santri-santri dan para tamu. Hal itu dilakukan syaikhona dengan sifat pemurah dan lemah lembut terhadap semua orang. Syekh Kholil sangat menyanyangi santri dan masyarakat terutama orang yang tidak mampu.

Kepribadian dan akhlak santri tercipta melalui keteladanan dari seorang ulama dan pengasuh pesantren. Santri dididik dan diatur dalam sebuah aturan organisasi agama dan sosial, sehingga ketika santri sudah purna (boyong), diharapkan mereka bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berilmu. Tentu bukan hanya ilmu agama, tetapi ilmu sosial yang dipelajari ketika di Pesantren yaitu saling asah-asuh, saling mengasihi dan saling peduli antar sesama.

Syaikhona Kholil yang merupakan seorang Ulama Besar memiliki karamah.

~ Dapat Membelah Diri

Mbah Kholil memiliki kemampuan yaitu membelah diri. Ia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Pernah terjadi peristiwa aneh di saat ia sedang mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tidak terlihat oleh mata. Tiba-tiba baju dan sarung beliau Nampak basah kuyup.

Setengah bulan kemudian teka teki tersebut terjawab. Ada seorang nelayan sowan mendatangi Mbah Kholil. Dia mengucapkan terima kasih kepada Mbah Kholil karena sudah menolongnya di saat perahunya mengalami pecah di tengah laut.

~ Ditangkap lalu Dibebaskan oleh Belanda

Syekh Kholil pernah ditangkap oleh Belanda karena dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat perlawanan terhadap kolonial di pondok pesantrennya. Pada saat ditangkapnya Syekh Kholil, terjadi hal aneh yang tidak bisa mereka mengerti. Seperti tidak bisa dikuncinya pintu penjara, sehingga membuat mereka harus berjaga penuh agar tahanan tidak melarikan diri.

Banyak orang yang berdatangan untuk menjenguk Syekh Kholil dan memberi makanan, bahkan sampai banyak orang yang meminta ingin ikut ditahan bersamanya. Kejadian tersebut membuat pihak belanda untuk merelakan Syekh Kholil dibebaskan.

~ Menyembuhkan Orang Sakit

Syekh Kholil memiliki karamah yang sangat luar biasa. Dalam kisahnya ada seorang keturunan China yang sedang mengalami sakit lumpuh, padahal sudah dibawa ke Jakarta, namun masih belum juga sembuh. Lalu ia mendapatkan informasi bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit. Setelah mengetahui itu semua mereka pergi menuju Madura yakni ke Syekh Kholil untuk berobat.

Saat melakukan perjalanan kira-kira jarak 20 meter dari rumah Syekh Kholil, tiba-tiba muncul Syekh Kholil dengan membawa pedang sambil berbicara.

Melihat hal tersebut, kedua orang tersebut lari sangat kencang bahkan ia tidak sadar bahwa ia sedang sakit. Tanpa mereka sadari mereka sudah sembuh. Mereka sangat bersyukur atas karamah tersebut. Setelah Syekh Kholil wafat, mereka sering datang ke makam Syekh Kholil untuk berziarah.

Wallahu a’lam,

Semoga barakah, manfaat.

Baiti Jannati, 16 Mei 2022 (Hari ke-136)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bunda ulasannya

16 May
Balas

Alhamdulillaah, Barakallaah bu Karyani

16 May

Mantap ulasannya

16 May
Balas

Alhamdulillaah, Barakallaah bu Rismalasari

16 May

Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah

16 May
Balas

Barakallaah semuanya

16 May

Keren sekali Bu ...mantap pol..

16 May
Balas

Alhamdulillaah, Barakallaah bu Sri Nurhayati

16 May

Keren sekali Bu ...mantap pol..

16 May
Balas

Alhamdulillaah, Barakallaah bu Sri Nurhayati

16 May

Kisah yang inspiratif. Terima kasih ulasan kerennya Bun.

16 May
Balas

Sama sama bu Nurasia, Barakallaah

16 May

Terima kasih Bunda Zuyyinah pencerahannya. Salam sehat selalu

16 May
Balas

Sama sama Pak Cusin, Aamiin Yaa Allah, Barakallaah

16 May



search

New Post