MUSHAFAHAH (Hari ke-337)
Setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai, para peserta didik melaksanakan kegiatan membaca Asmaul Husna, do’a belajar, dan surat-surat pendek dalam AlQur’an. Dilanjutkan dengan kegiatan mushafahah kepada para Ibu Guru (tidak ada Bapak Gurunya), hehe....
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (HR. Tirmidzi: 2804, Abu Daud: 5207, Ibnu Majah: 3786, Ahmad: 18199, Baihaqi: 13746).
Keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama, bahkan ini merupakan sunnah yang muakkad (sangat ditekankan).
Dari Abul Khaththab Qatadah, dia berkata: Saya katakan kepada Anas radiallahu anhu:
Apakah jabat tangan itu ada pada para sahabat Nabi shalallahu’ alaihi wa salam? Dia menjawab: "Ya." (HR. Bukhari: 5908).
Imam Nawawi berkata: Berjabat tangan adalah sunnah secara ijma', pada setiap bertemu. Barang siapa haram memandanginya maka haram menyentuhnya (termasuk menjabat tangannya) (Faidul Qadir: 8109). Disamping sunnah pada saat bertemu berjabat tangan juga sunnah ada saat berpisah.
Hadits Anas radhiallahu anhu:
سَيَقْدُمُ عَلَيْكُمْ قَوْمٌ هُمْ أَرَقُّ قُلُوباً لِلإسْلاَمِ مِنْكُمْ
"Akan datang kepadamu satu kaum, hati mereka lebih lembut kepada Islam dari pada kalian."
Maka datanglah Bani 'Asy'ariy, di antara mereka adalah abu Musa al-'Asy'ari t. Ketika mereka mendekati Madinah mereka melantunkan bait-bait syair:
غَدًا نَلْقَى اْلأَحِبَّةَ # مُحَمَّدًا وَحِزْبَهْ
"Besok kami bertemu para kekasih # Yaitu Muhammad dan para sahabatnya."
Anas radhiallahu anhu berkata: "Maka mereka adalah orang yang pertama kali mengadakan jabat tangan." (HR. Ahmad: 13042).
Sedangkan hadits Uqbah ibnu Amir radiallahu anhu berbunyi:
أَهْلُ الْيَمَنِ أَرَقُّ قُلُوبَاً وَأَلْيَنُ أَفْئِدَةً وَأَسْمَعُ طَاعَةً
"Penduduk Yaman itu lebih lembut qalbunya (hatinya, apa yang nampak bagi pandangan hati. Disebut qalbu karena berbolak-baliknya), lebih halus fu'adnya (hatinya, apa yang nampak bagi pandangan mata. Disebut fu'ad karena tembusnya kebenaran ke dalam hatinya) dan lebih mendengar dalam ketaatan." (HR. Ahmad: 17077, Faidhul Qadir: 2770, Silsilah Shahihah: 527).
Hadits Hudzaifah Ibnul Yaman radiallahu anhu:
إِنَّ الْمٍّومِنَ إِذَاْ لَقِيَ الْمٍّومِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ
"Sesungguhnya seorang mukmin apabila bertemu dengan mukmin lain kemudian mengucapkan salam kepadanya, dan mengambil tangannya lalu menjabatnya maka berguguranlah dosanya seperti dedaunan berguguran." (Silsilah Shahihah: 526, 2004, 2692).
Hadits Anas radiallahu anhu dia berkata:
قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللَّه! اَلرَّجُلُ مِنَّا يلقى أَخَاهُ أَوْ صَدِيْقَهُ، أَيَنْحَنِي لَهُ؟ قَالَ: "لاَ". قَالَ: أَفَيَلْتَزِمَهُ وَيُقَبِّلَهُ؟ قَالَ: "لاَ". قَالَ : أَفَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحَهُ؟ قاَلَ: "نَعَمْ"
"Seseorang bertanya: Ya Rasulallah sesorang dari kami bertemu saudaranya atau temannya, apakah ia membungkuk kepadanya? Beliau menjawab: Tidak." Lalu apakah memeluknya dan menciumnya? Beliau menjawab: "Tidak." Lalu apakah mengambil tangannya dan menjabatnya? Beliau menjawab: 'Ya'." (HR. Tirmidzi: 4680, al-Shahihah: 160. Hadits Hasan)
Hadits Anas radiallahu anhu, dia berkata:
كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ إِذَا تَلاَقَوْا تَصَافَحُوْا وَإِذَا قَدِمُوْا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوْا
"Adalah para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, apabila mereka bertemu mereka saling berjabat tangan, dan apabila datang dari safar mereka berpelukan." (HR. Thabrani, Mu'jamul Wasith: 97)
Ummu Darda' berkata: "Salman al-Farisi radhiyallahu anhu, mendatangi kami lalu berkata: “Mana saudaraku (maksudnya Abu Darda' radhiyallahu anhu)? Saya jawab: "Ada di masjid". Lalu ia mendatanginya, ketika ia melihatnya ia memeluknya. Imam Thahawi berkata: "Mereka itu para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, saling berpelukan maka hal ini menunjukkan bahwa apa yang diriwayatkan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, tentang kebolehan berpelukan adalah datang belakangan setelah adanya larangan. Inilah yang kami ambil, yaitu ucapan Abu Yusuf رحمه الله. (HR. Thahawi, Syarhu Ma'anil Atsar: 6405).
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dan Ibnu Umar radhiyallahu anhu, mereka berkata: Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila melepas kepergian seseorang (beliau mengambil tangannya lalu ) berkata (mendoakannya):
أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ
"Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan penutup amalmu kepada Allah."
Syekh al-Albani berkata: "Lalu orang yang mau bepergiaan menjawab:
أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
"Aku titipkan engkau kepada Allah yang tidak akan hilang (tersia-siakan) barang titipannya."
Hadits Anas radhiyallahu anhu, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ إِذَا اسْتَقْبَلَهُ الرَّجُلُ فَصَافَحَهُ لاَ يَنْزِعُ يَدَهُ مِنْ يَدِهِ حَتَّى يَكُونَ الرَّجُلُ الَّذِيْ يَنْزِعُ، وَلاَ يَصْرِفُ وَجْهَهُ عَنْ وَجْهِهِ حَتَّى يَكُوْنَ الرَّجُلُ هُوَ يَصْرِفُهُ وَلَمْ يُرَ مُقَدِّماً رُكْبَتَيْهِ بَيْنَ يَدَيْ جَلَيْسٍ لَهُ
"Adalah Nabi jika menyambut seseorang (yang datang) beliau menjabat tangannya, beliau tidak menarik tangannya dari tangannya hingga orang itu yang menariknya. Beliau tidak memalingkan mukanya dari mukanya, hingga orang itu yang memalingkannya, dan tidak pernah terlihat beliau menjulurkan kedua lututnya dihadapan orang yang duduk di sisinya." (HR. Tirmidzi: 2539, Baihaqi: 21250).
Mushafahah (berjabat tangan) dalam hadits ini adalah berjabat tangan dengan satu tangan, yaitu tangan kanan, dari kedua belah pihak.
Mencium tangan seorang guru/ustadz ketika bertemu dengannya adalah diperbolehkan, berdasarkan beberapa hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perbuatan beberapa orang sahabat radhiyallahu ‘anhum. Akan tetapi kebolehan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
~ Tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum sendiri tidak sering melakukannya kepada Rasuluillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi jika hal itu dilakukan untuk tujuan mencari berkah dengan mencium tangan sang guru.
~ Perbuatan itu tidak menjadikan sang guru menjadi sombong dan merasa dirinya besar di hadapan orang lain.
Wallahu a’lam,
Sumber: dari AlQur’an dan Hadits.
Semoga barakah, manfaat.
Kudus, 3 Desember 2022 (Hari ke-337)


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Alhamdulillaah, terimakasih Pak Dede Saroni, sukses selalu
Alhamdulillaah, semoga berkah
untuk semuanya
Luar biasa Bunda penuh inspirasi dan mencerahkan
Alhamdulillaah, terimakasih Pak Trianto, sukses selalu
Tulisan yang sangat menginspirasi dan mencerahkan. Sukses selalu untuk Bunda.
Aamiin Yaa Allah, terimakasih Bu Samsimar, salam sukses ya Bu
Ulasan yang menginspirasi dan mencerahkan. Salam sehat dan sukses
Aamiin Yaa Allah, Alhamdulillaah, terimakasih Pak Sudiwanto, sukses selalu