Waktunya Pulang
Senin, 28 Oktober kita memperingati hari Sumpah Pemuda. Seluruh Indonesia memperingati hari yang sangat bersejarah ini. Melalui kesatuan tekat yang saling menghargai, tercetuslah sumpah para pemuda yang menyuarakan satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Sekolah pun mengadakan upacara. Hal itu memang sudah biasa tiap tahun diperingati.
Ada satu yang berbeda di sekolah kami. Berita menjelang upacara yang kudengar di pagi ini, sungguh mengejutkan. Memang sejak info terakhir tadi malam sekitar pukul 23., beliau dikabarkan kritis. Walaupun siang hari di rumah sakit di hari minggu masih sempat berkomunikasi lewat WA. Ternyata malam pukul 01.40 meninggal dunia.
Semalaman tak buka WA, paginya saat mau absen finger di sekolah, mendengar info yang mengejukan ini. Beberapa teman juga kaget mendengar info tersebut. Tangispun pecah. Ada yang terisak bahkan beberapa orang guru ada yang menangis tak terbendung. Mata yang sembab menghiasi upacara di hari sumpah pemuda kali ini. Upacara tetap berjalan hingga selesai, kemudaian sprontanitas kami menggelar doa bersama. Dilanjutkan ke persiapan penyambutan asessor PKKS, karena memang hari ini adalah jadwal penilaian kinerja kepala sekolah oleh asesor.
Tak ada makhluk yang sanggup menunda atau memajukan datangnya kematian. Diusianya yang 29 tahun, anak pertama dan belum menikah, bu Widya yang biasa di panggil mernghadap yang maha kuasa dengan tenang. Kami bergilir ke rumah duka karena memang kegiatan di sekolah tetap harus berjalan. Tak putus kedatangan kami ke rumah duka mulai pagi hari sampai menjelang sore. Bahkan orang tua menyiapkan satu bus untuk siswa kelas 7.2 untuk melayat. Ada yang kesempatan melihat jenazahnya ada pula yang hanya bisa menggelar doa di pusaranya.
Guru muda yang tangguh, bersahabat dan menyenangkan, pergi untuk selamanya. Banyak teladan yang bisa diambil dari keseharian almarhumah bu WIdya. Mati itu tak harus tua dan sakit. Kapan saja Allah memanggil, siap tidak siap tetap akan berjalan. Ada hikmah yang bisa diambil dari keseharian almarhumah. Beliau anak tertua dari empat bersaudara. Menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya sudah lama meninggal. Bertanggung jawab terhadap ibu dan adik-adiknya. terkenal dengan sosok yang kalem, tidak suka ikut campur urusan orang lain dan tidak tergoda untuk ghibah. Pribadi yang disiplin, tangguh dan tak pernah mengeluh.
Walaupun dikabarkan sudah ada bawaan penyakit degeratif yaitu hipertensi, dan ada juga diabetes, hal itu dirahasiakan dan terungkap setelah kematiannya. Hal ini sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya karena memang kesehariannya terlihat kuat, lincah dan disiplin. Banyak orang yang menangisi kepergiannya. Pergi saat orang yang mengenalnya sayang dan kehilangan akan sosoknya. Mungkin ini salah satu pertanda husnul khotimah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
AamiinTeman saya juga bu, tadi subuh meninggal dunia di usia 41 tahun. Memang betul, meninggal tidak menunggu tua.