Rismalasari

Penulis bernama lengkap HjRismalasariSPdMM yang dilahirkan di Bandung adalah seorang Kepala Sekolah Penggerak angkatan 1 yang saat ini bertugas di SMP Nege

Selengkapnya
Navigasi Web
Disabilitas Berdaya Berkarya (1265)
Koleksi

Disabilitas Berdaya Berkarya (1265)

Disabilitas yang Berdaya dan Berkarya di Ajang Seminar Peran Disabilitas

OlehRismalasari

 

     Gedung Setda Kabupaten Bogor pada Sabtu siang itu menjadi saksi bisu sebuah peristiwa istimewa yang penuh makna. Dalam ajang **Seminar Peran Disabilitas dalam Kehidupan Sosial dan Budaya**, sekelompok penyandang disabilitas tampil memukau melalui pertunjukan tari yang mengangkat tema inklusi dan keberdayaan.

 

     Suasana yang awalnya hening berubah menjadi penuh energi saat denting musik tradisional mengalun. Para penari disabilitas dengan penuh percaya diri membawakan **Tari “Wak Wak Gung”**, sebuah tari tradisional penuh keceriaan dan kelincahan yang biasanya dimainkan oleh anak-anak. Namun hari itu, tarian ini menjadi simbol semangat: bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berekspresi.

 

      Mereka tampil dengan **gerakan gemulai dan terarah**, memadukan harmonisasi tubuh dan jiwa. Kostum warna-warni menambah keindahan panggung, sementara raut wajah para penari memancarkan semangat dan kebanggaan. Setiap hentakan kaki dan liukan tangan membawa pesan kuat: “Kami ada, kami mampu, kami bisa berkarya!”

 

       Tepuk tangan pun pecah memenuhi ruangan, bukan sekadar tepuk apresiasi, melainkan **tepuk gemuruh yang menggema**, tanda kekaguman dan penghargaan atas perjuangan dan kerja keras mereka. Para tamu undangan—yang terdiri dari tokoh pendidikan, pemerhati disabilitas, aktivis sosial, dan masyarakat umum—terpukau dan banyak yang terharu.

 

      Penampilan berikutnya adalah **tarian bahasa isyarat** yang mengangkat tema kesetaraan. Lagu yang menyentuh tentang harapan dan persaudaraan diterjemahkan dengan indah melalui gerakan tangan yang lincah, mata yang ekspresif, dan koordinasi kelompok yang rapi. Gerakan tersebut tidak hanya berbicara kepada penyandang disabilitas lain, tetapi juga menyentuh hati semua penonton di ruangan itu.

 

     Seminar ini bukan hanya soal diskusi, tetapi tentang **menyuarakan makna inklusivitas secara nyata**. Melalui penampilan seni, para disabilitas menunjukkan bahwa mereka bukan objek belas kasihan, melainkan **subjek yang berdaya dan punya peran penting dalam masyarakat**.

 

    ⁸“Ini bukan sekadar tari, tapi adalah pernyataan: kami bisa tampil, kami punya tempat, dan kami punya suara,” ujar salah satu peserta dengan mata berbinar.

 

     Kegiatan ini sekaligus menjadi momen refleksi bagi semua pihak, bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan bahwa ketika diberi ruang dan kepercayaan, siapa pun dapat bersinar.

 

   Gedung Setda hari itu tak hanya menjadi tempat seminar—tapi menjadi panggung inspirasi, keberanian, dan harapan.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih admin

22 Jun
Balas



search

New Post