Telanjang di Muka Corona
"Prediksi dari model Anda, pandemi akibat virus Corona ini akan selesai dalam 4 tahun? Mengejutkan!" Fasilitator diskusi melontarkan pertanyaan terakhir di sebuah webinar di pertengahan 2020.
Saya menjawab, "Itu prediksi, bukan kepastian. Dengan catatan, model itu saya buat belum melibatkan pelaksanaan protokol secara ketat oleh kita. Bisa dibilang, model awal ini gambaran kalau kita "telanjang" di muka virus Corona ini. Kita bermasker secara individual. Sebagai komunitas, dimuka Corona ini, kita masih telanjang. Sedikit yang bermasker di luaran sana. Lebih sedikit lagi yang menjalankan protokol kesehatan"
Benarkah kita “telanjang”?
Kita tak siap menghadapi Corona. Kita dijotos habis-habisan.
Diawali dengan narasi pembesar negeri yang "meremehkan" Covid-19, penyakit akibat virus Corona ini.
Beberapa negara menutup diri. Negeri ini malah membuka pariwisata dengan rangsangan insentif.
Pembesar negeri ini malah mengasosiasikan virus ini dengan mobil.
Pembesar lainnya menyalahkan masyarakat sebagai penyebab kelangkaan masker dengan pernyataan menyesatkan "Ndak usah, masker itu untuk yang sakit."
Ada pula yang bikin joke “Covid-19 tidak masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing. Kita kebal.”
Ditambah lagi dengan narasi remeh seperti “kebal karena jamu”, “karena izin yang berbelit”.
Narasi ilmiah yang dikeluarkan membingungkan. “SARS-Cov Type 2 bukan Covid-19, ada beda 70% antara keduanya". "SARS-Cov Type 2 itu virusnya, penyakitnya disebut Covid-19.”
Prasangka baiknya, narasi itu untuk menenangkan masyarakat. Tidak panik terhadap virus Corona.
Sayangnya, sulit menjaga prasangka baik tersebut.
Tindakan di lapangan dirasa tidak serius menangani Covid-19.
Lockdown atau tidak, seperti setengah hati. Bermain istilah. Pelonggaran dan penebalan.
Edaran larangan mudik dirasa gimmick belaka. Masyarakat mengomentarinya “Memangnya virus ini bekerja waktu kita mudik dan virusnya liburan ketika kita berkeliaran di tempat wisata?”
Hajatan masyarakat dilarang. Pesta pembesar jalan terus.
Belajar dari rumah. Penganugerahan gelar dan peresmian ini-itu malah luring.
Buahnya, masyarakat semakin tidak peduli Corona. Masker enggan, vaksin ogah.
Dan kita, hingga sekarang, masih “telanjang” di muka Corona.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen. Nampol tenan
Mantap tulisan kolomnya. Semangat literasi. Sudah like & follow