Srie Faizah Lisnasari Lubis

Lahir di Padang Sidempuan Tapanuli Selatan Sumatera Utara pada tanggal 25 Februari 1967 Menamatkan pendidikan S1 di Inst

Selengkapnya
Navigasi Web
DUNIA BUKAN TEMPAT UNTUK BERSENANG-SENANG, BRO!   (871)

DUNIA BUKAN TEMPAT UNTUK BERSENANG-SENANG, BRO! (871)

Pada suatu kesempatan, aku berbincang dengan seseorang tentang seorang saudara yang sedang mengalami cobaan berat. Perekonomiannya pas-pasan, dan istrinya yang selama ini menderita stroke, kini dirawat di rumah sakit. Ia harus menjalani Hemo Dialisis (Hd) atau cuci darah, karena divonis gagal ginjal, dengan kondisi Hemoglobin (Hb) yang sangat rendah. Di tengah perbincangan itu, temanku berkata, “Enggak cocok kurasa, Allah bilang Dia memberikan cobaan sesuai kemampuan orang tersebut.” Mendengar hal itu, aku menjawab, “Maksudmu, kamu mau protes sama Allah atas firman-Nya di Al-Qur'an? Jadi kamu hanya mau diberi kesenangan saja sepanjang hidup di dunia?”

Astaghfirullah! Aku kaget sekali mendengar pernyataan itu. Selama ini, aku mengira dia sudah paham tentang makna cobaan dari Allah. Ternyata belum. Hal ini membuatku terdorong untuk lebih memperdalam ilmu agama, sebagai pengingat untuk diriku sendiri. Melalui tulisan ini, aku mengambil pelajaran dan semoga juga bisa bermanfaat bagi pembaca lainnya.

Dalam kehidupan, tidak sedikit dari kita yang berharap hidup hanya diisi dengan kemudahan dan kesenangan, tanpa menghadapi cobaan. Ada orang yang menginginkan Allah hanya memberikan kesenangan, tanpa rasa sakit, penderitaan, atau kesulitan. Namun, sikap ini bertentangan dengan sunnatullah, yakni hukum dan ketetapan Allah yang berlaku bagi manusia. Setiap manusia akan diuji oleh Allah sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah, Yang Maha Mengetahui, memahami kemampuan hamba-Nya dan memberikan ujian yang bisa mereka tanggung. Ujian bukanlah bentuk ketidakadilan, melainkan bagian dari rahmat Allah untuk menguji keimanan dan kesabaran seseorang. Orang yang menolak kenyataan bahwa hidup tidak selalu berisi kesenangan mungkin belum memahami hakikat kehidupan itu sendiri. Rasulullah ﷺ juga menjelaskan dalam hadits bahwa cobaan merupakan bagian dari perjalanan seorang mukmin: "Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka Dia akan menimpakan cobaan kepadanya." (HR. Bukhari)

Hadits ini mengajarkan bahwa cobaan adalah salah satu cara Allah menunjukkan cinta-Nya. Melalui cobaan, seorang mukmin dibersihkan dari dosa-dosanya dan diangkat derajatnya. Oleh karena itu, mengharapkan hidup yang hanya dipenuhi kesenangan tanpa kesulitan adalah keinginan yang tidak realistis dan bertentangan dengan prinsip keimanan. Lebih jauh lagi, dunia ini memang tempat ujian. Allah berfirman: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."(QS. Al-Baqarah: 155)

Ayat ini mengingatkan bahwa setiap manusia akan menghadapi cobaan berupa ketakutan, kekurangan rezeki, hingga kehilangan orang yang dicintai. Bagi orang yang sabar, cobaan-cobaan ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat keimanan. Namun, ada orang yang hanya ingin hidup dalam kenikmatan tanpa pernah mengalami kesulitan. Sikap ini menunjukkan kurangnya pemahaman tentang makna hidup dan tujuan penciptaan manusia, sebagaimana Allah tegaskan: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)

Cobaan adalah cara Allah membedakan mana yang benar-benar beriman dan siapa yang hanya mengaku beriman. Orang yang hanya menginginkan kesenangan dan menolak menerima cobaan menunjukkan lemahnya keimanan dan ketidaksiapan dalam menghadapi kenyataan hidup. Manusia tidak diciptakan untuk hidup dalam kesenangan tanpa ujian. Allah menciptakan manusia untuk tujuan utama, yaitu beribadah kepada-Nya dan menjalankan peran sebagai khalifah di muka bumi. Allah berfirman:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama manusia diciptakan bukan untuk hidup dalam kemewahan atau kebahagiaan tanpa batas, melainkan untuk beribadah kepada Allah. Ibadah mencakup semua aspek kehidupan yang dilakukan dengan niat karena Allah, termasuk kesabaran dalam menghadapi ujian. Selain beribadah, manusia juga diberi tugas sebagai khalifah di muka bumi. Ini berarti manusia harus memelihara, mengatur, dan menjaga bumi sesuai petunjuk Allah. Firman-Nya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'"(QS. Al-Baqarah: 30)

Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjalankan amanah yang telah Allah berikan. Tugas ini tidak mudah dan membutuhkan kesungguhan serta ketahanan dalam menghadapi tantangan. Kehidupan yang dipenuhi dengan ujian adalah cara Allah melatih manusia agar mampu menjalankan amanah-Nya dengan baik. Jika tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah dan menjalankan peran sebagai khalifah, maka jelas bahwa kehidupan bukanlah tempat untuk bersenang-senang semata. Allah mengingatkan dalam firman-Nya: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, dan bermegah-megahan di antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering, kamu lihat warnanya kuning, dan akhirnya hancur." (QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini menggambarkan betapa fana dan sementara kehidupan dunia. Bagi mereka yang hanya mengejar kenikmatan dunia, ujungnya adalah kehancuran dan penyesalan. Sebaliknya, mereka yang memahami tujuan hidup akan menggunakan kesempatan di dunia ini untuk beribadah, bersabar dalam menghadapi ujian, dan mempersiapkan kehidupan akhirat.

Sebagai kesimpulan, manusia yang menginginkan hidup tanpa cobaan dan hanya ingin menikmati kesenangan, sesungguhnya menolak sunnatullah. Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka." (HR. Tirmidzi)

Dengan memahami bahwa setiap ujian memiliki hikmah, seorang mukmin akan lebih siap menghadapi kenyataan hidup dan menerima cobaan sebagai bagian dari rahmat Allah, serta menyadari bahwa tujuan hidup bukanlah untuk bersenang-senang semata, melainkan untuk beribadah kepada Allah dan menjalankan amanah-Nya sebagai khalifah di muka bumi. (srie2502)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post