Kacamata Itu Masih Dikenakan

Oleh

Sri Suryana Dwi Atmaka

Bapakku seorang guru sekolah dasar. Ketika itu aku masih duduk di SMP, jadi sudah lama peristiwa itu terjadi, namun tidak pernah kulupa. Dalam beberapa Minggu itu bapakku terlihat begitu sibuk. Setumpuk buku selalu berada di atas meja ruang tengah. Disandarkan pula sebuah mesin ketik tua yang berbunyi sangat berisik. Tidak lupa bapakku menyiapkan beberapa penggaris danm bolpoin.

Saking sibuknya terkadang beliau lupa minum dan lupa makan. Sehingga ibuku sering mengingatkan dan memberikan hidangan di dekat meja kerjanya. "Bapak, istirahat dulu dong! Ini minuman dan makanannya...", Ibuku mempersiapkan sajian kepada bapakku. "Sebentar Bu, sebentar. Ini masih banyak dan nanggung rasanya.", begitu jawaban dari bapakku . Ibuku hanya dapat menengok dan merasa belas kasihan. Mungkin ibuku tidak bisa membantu bapakku karena memang profesinya berbeda.

Waktu terus melaju dan merambah hingga hari makin malam. Aku, kakakku dan adik-adikku bersendau gurau dan nonton televisi. Kami tidak peduli dengan apa yang sedang dilakukan oleh bapakku, acara itu benar-benar sedang lucu-lucunya. Gelak tawa pun membahana. Volume suara televisi kubesarkan dengan harapan suaranya makin jelas.

"Anak-anak, , tolong matikan televisi itu. Ini Bapak MU baru sibuk mengerjakan tugas kantor.", Bapakku mengingatkan kami. Maka tangan ibuku segera menyentuh tombol power televisi itu untuk mematikannya

Kami menjadi melongo dengan tatapan yang kosong.

Mulailah bapakku duduk di kursinya dan bekerja lagi. Namun rupanya Ada yang aneh dari dirinya. Ibuku bertanya, "Ada apa Bapak? Kok kelihatan sangat gelisah.". Tetapi bapakku tidak menjawab dan dia terus mencari sesuatu di meja kerjanya. Setelah sekian lama dia mencari belum kunjung ketemu, dia bertanya pada ibuku. "Bu.... Ibu. Kamu lihat kacamataku di mana?" Ibuku hanya memandang wajah bapakku, tetapi tidak menjawabnya. Tiba-tiba ibuku mendekatiku dan membisikkan suaranya di telingaku. "Nak, nanti kalau bapak mu bertanya di mana kacamatanya, kamu jawab di tempatnya. Begitu saja ya?", Ibuku memberitahu. Tak lama kemudian Bapak ku bertanya kepada diriku, " Nak, apakah kamu melihat kacamataku? ". Aku hanya menjawab sesuai pesanan ibu, bahwa kacamata bapak di tempatnya.

"Sudahlah bapak ...., istirahat dulu dan makan malam dulu..... Nanti kacamata mu pasti ketemu.", ibuku merayu bapakku. kemudian beliau berdua nampak asyik menyantap hidangan makan malam. Setelah meminum segelas teh hangat, bapakku bertanya lagi, "tolong Bu katakan di mana kacamataku?" Ibuku tersenyum-senyum kemudian menjawabnya. "Coba bapak ke sini dan menghadap cermin ini. Pasti kacamata bapak akan ketemu... ", cetus ibuku.

Akhirnya bapakku menuruti perintah ibuku dan ia mendekati cermin itu kemudian bercermin. Beliau sangat kaget tersadar bahwa kacamatanya masih dikenakan. "Masya Allah, baru sadar kalau diriku masih mengenakan kacamata?", Bapak ku berkata sendirian. melihat yang seperti itu kami sekeluarga menjadi tertawa terbahak-bahak. Ha... Ha... Ha...! "Makanya bapak, jika kerja itu harus kenal waktu. Kalau sudah lelah istirahat dulu....

", Ibuku memberi pesan pada bapakku.