SEPERTI TERLAHIR KEMBALI

Seperti Terlahir Kembali
Oleh Sri Suryana Dwi Atmaka
Anakku yang bungsu, si Bangkit, kini baru duduk di taman kanak-kanak kelas TK B . Tingkahnya lucu, manja dan menggemaskan. Dia sering nakal namun tetap kusayangi. Wajahnya yang tampan sering membuat orang lain terpesona dan iri kepadanya.
Aku juga memiliki anak perdana seorang wanita. Kini dia sudah bekerja dan berumah tangga. Ya, namanya jodoh, dia mendapatkan suami di luar kota yang lumayan jauh jaraknya. Memang terpaut umur yang panjang antara anak sulungku terhadap bungsuku. Seingatku ketika dia masuk kuliah semester pertama, si bungsu baru terlahir. Terpaut umur yang panjang bukan?
Semenjak si sulung bekerja di sana, maka sangat jarang kami berjumpa. Paling-paling hanya bersua melalui WA dan vidiocall saja. Maka tidak heranlah apa bila rindu makin menggebu. Lebih-lebih pada diri si bungsu yang tiap harinya pasti menghubungi selalu.
Hampir sembilan bulan kami tidak bertemu. Yang terakir awal November, putriku memberi kabar bahwa akan segera lahir anak perdananya. "Wahai ayah dan ibuku, ini ada berita baik untukmu. Sebentar lagi kami punya anak, dan kamu punya cucu." Alhamdulillah semoga terlahir dengan selamat dan lancar semuanya.
Seminggu kemudian kami mendapat kabar dari menantuk. "Alhamdulillah ayah. Cucumu sudah lahir, berjenis laki laki." Mengetahui hal itu kami mengucapkan syukur dan selamat buat anakku dan menantuku.
Selang beberapa hari, mereka mengirim foto bayinya. "Ayah ini anakku yang menjadi cucumu. Wajahnya kok mirip seperti si Bangkit adiku ya?"
Karena kesibukan urusan kantorku dan jauhnya jarak tempat tinggalnya, maka baru sekitar setengah bulan kami mengunjungi kelahiran cucuku di kota Bekasi. Sesampai di sana, kami disambut dengan rasa gembira oleh keluarganya.
Istriku segera menengok si cucu perdana itu. "Mas, ini cucu kita, laki-laki tampan nih. Wajah dan senyumnya seperti si Bangkit ya?", Istriku menyapa diriku sambil membawa cucu perdana itu ke hadapanku. Kubuka mataku lebar-lebar, dan kupastikan wajah cucuku. Memang benar, raut wajahnya persis mirip dengan wajah putra bungsuku. Melihat cucu perdana, aku seakan si Bangkit putra bungsuku terlahir kembali di dunia ini.
______
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih.
Senangnya cucu perdana. Keren pak Dwi
MasyaAllah, ikut seneng bacanya pak
Mbah akung...