Mengikis Rindu Kelas dengan Kantong Tugas
Mengikis Rindu Kelas dengan Kantong Tugas
Oleh: Susi Purwanti, S.Pd,
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tak terkecuali Indonesia yang berdampak pada salah satunya kebijakan pemerintah dalam sistem belajar. Mulai 16 Maret 2020 seluruh siswa diminta untuk belajar di rumah dengan metode pembelajaran daring dan berlangsung hingga sekarang.
Berbagai aplikasi untuk pembelajaran daring ini mulai digunakan oleh guru. Dari Google Classroom, Zoom, Gmeet, Kahoot, atau WA grup yang paling mudah. Bahkan saya sendiri merambah ke media sosial seperti Instagram untuk menghalau kejenuhan peserta didik dalam belajar daring. Berbagai startegi pembelajaran sudah dilakukan, berbagai upaya pasti diperjuangkan oleh guru. Terasa ada yang hilang dengan semua itu. Belajar daring tak dapat mengisi pembelajaran akhlak dan disiplin. Ada beberapa adab terhadap teman dan guru yang hilang. Mereka (baca peserta didik) terkadang datang ke sekolah dengan protokoler kesehatan yang ketat apabila ada keperluan. Tak jarang mereka bertemu guru dengan sopan santun yang minim sekali. Miris memang. Sungguh saya rindu mengajar di kelas!
Entah berapa kali saya bermimpi mengajar di kelas. Lengkap dengan kursi penuh terisi siswa dan terkadang menulis di papan tulis sambil menerangkan. Lucunya lagi dalam mimpi tersebut sempat menegur sambil menahan amarah ketika siswa di kelas menjengkelkan. Ternyata itu hanya mimpi. Di bawah alam bawah sadar keinginan berdiri mengajar di depan kelas sampai terbawa mimpi. Sekali lagi, sayang hanya mimpi.
Bagi peserta didik mungkin mereka tidak tahu betapa nelangsanya jika guru melewati deretan kelas dengan bangku-bangku kosong, tak ada suara riuh rendah mereka. Bahkan gelak tawa yang biasa terdengar ketika saatnya istirahat, sepi! Masih mendingan barangkali keadaan lapangan basket atau ruangan untuk berolahraga yang sering digunakan oleh guru ketika ke sekolah. Tapi kelas hanya berisi benda mati seperti kursi dan meja yang berselimut debu.
Kerinduan akan kelas dan isinya pasti dirasakan oleh seorang guru. Zoom atau Gmeet tidak dapat menggantikan ruang kelas yang sesungguhnya. Paling lama juga bertatap muka selama daring satu jam, itupun tak semua siswa masuk kelas Zoom atau Gmeet karena keterbatasan kuota internet.
Strategi saya akan kerinduan terhadap kelas yaitu dengan kantong tugas. Bukankah itu suatu pekerjaan yang membosankan untuk guru mengkoreksi tugas peserta didik? Tidak. Karena kantong tugas yang saya tugaskan kepada mereka kebanyakan adalah menggali kreatifitas peserta didik yang bisa di ukur secara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Misalkan tugas yang harus mereka setorkan kepada saya dalam bentuk mikroblog yang mereka upload di Instagram dengan men-tag (harus sopan) akun belajar yang khusus untuk belajar. Kreatifitas mereka sungguh terlihat. Saya merasa berkomunikasi dengan mereka melalui kantong tugas yang mereka buat. Atau tugas berupa rekaman suara mereka, ini asli buat saya senyum-senyum sendiri mendengarnya. Apalagi siswa laki-laki dengan suara khas menjelang akil balig. Biasanya saya juga mengijinkan tugas mereka dikirim via WA grup belajar daring. Pasti gawai saya penuh, ya memang. Bukankah siswa kita berkorban kuota? Saya sangat hargai itu dengan segala keterbatasan kondisi ekonomi sejak pandemik berlangsung. Yang pasti kerinduan saya akan kelas terkikis dengan kantong tugas dari peserta didik.
Baik guru atau siswa berharap pembelajaran daring ini segera berakhir. Kerinduan akan suasana kelas yang sesungguhnya segera nyata adanya. Semoga, aamiin.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Amiin... Kreatifitas yang jempol bunda... Keren...
Aamiin yra
Aamiin. Tulisannyakeren