
Bimbingan Teknis ( Bimtek) Guru BK Sebagai Guru Pendamping Khusus Bagi Siswa ABK
Bimbingan Teknis ( Bimtek) Guru BK Sebagai Guru Pendamping Khusus
Bagi Siswa ABK jenjang SMP Disdikbudpora Kabupaten Semarang
Oleh : Ferry Andika Eminarni
Belajar sepanjang hayat atau carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur, demikian kalimat bijak yang sering saya dengar. Dengan mau terus belajar, itu berarti saya terus berupaya meningkatkan kualitas diri saya khususnya menjadi seorang guru Bimbingan dan Konseling ( BK ). Nah, inilah yang sedang saya lalui. Saya mengupgrade diri dengan mengikuti bimbingan teknis guru BK sebagai Guru Pemdamping Khusus Bagi Siswa ABK ( Anak Berkebutuhan Khusus) jenjang SMP yang dilaksanakan oleh Disdikbudpora Kabupaten Semarang selama dua hari di Hotel C3 Ungaran.
Banyak hal yang saya pelajari dari bimtek tersebut. Disini saya akan menceritakannya secara lebih dalam ilmu yang saya peroleh selama dua hari tersebut. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 13 sampai dengan 14 September 2023. Di hari pertama, Bapak Tejo selaku pembawa acara membacakan susunan acaranya. Susunan acaranya adalah pembukaan dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Disini saya mendapat tugas sebagai dirigen. Dilanjutkan doa yang dipimpin oleh Bapak Joko Mustaqim, laporan ketua panitia penyelenggara yaitu Ibu Dewi Nirmala selaku kursis SMP Kab.Semarang. Kemudian sambutan sekaligus pembukaan oleh Bapak Kepala Disdikbudpora Kab. Semarang, yaitu bapak Sukaton Purtomo, S.H, M.M., dan penutup.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan sesi materi yang diisi oleh narasumber yang kompeten dibidangnya masing-masing. Sesi 1 membahas tentang Disiplin Positif yang disampaikan oleh Bapak Mustakim Hakim dari SMPN 3 Pringapus. Materi yang disampaikan adalah tentang pendekatan disiplin positif. Disiplin positif di sekolah perlu diterapkan dan perlu adanya sinergi rekan guru atau kolaborasi semau warga sekolah.
Sesi kedua adalah Pendidikan Inklusif di sekolah, oleh Bapak Joko Yuwono. Beliau adalah Kaprodi S2 PLB dari UNS Solo. Materi yang diberikan “daging” semua. Inklusif artinya sederajat, hal ini berarti bagaimana menghargai perbedaan dan tidak diskriminatif. Guru tidak harus menghilangkan hambatan atau mengurangi hambatan. Tetapi janganlah seorang guru malah menciptakan hambatan. Inklusi adalah menciptakan situasi menjadi lebih baik. Seorang guru haruslah memiliki sifat yang ramah. Guru BK harus mampu berkolaborasi dengan wali kelas dan guru mata pelajaran dalam pelaksanaan Pendidikan Inklusi di sekolah. Terdapat prinsip dasar dalam Pendidikan inklusi, yaitu PAPA ( Present/ Kehadiran, Acceptance/ Diterima, Participant/ Terlibat, dan Achievment/ Prestasi sesuai kemampuan). Dalam pelaksanaannya, ketika di sekolah terdapat siswa ABK, maka sekolah atau guru dapat melakukan adaptasi kurikulum. Adaptasi kurikulum dapat dilakukan melalui modifikasi/memodifikasi, subtitusi/mengganti, duplikasi/menduplikat, dan omisi/menghilangkan. Tentunya semua disesuaikan dengan ABK di sekolah masing – masing. Istilah yang digunakan untuk menyebut anak ABK disesuaikan dengan PP nomer 17 tahun2010. Dan ketika seorang guru BK membuat asesmen awal, maka seorang guru BK harus menambahkan kata diduga karena seorang guru BK tidak memiliki kewenangan dalam mendiagnosis.
Sesi 3 diisi oleh Ibu Sarwo Endah dengan materi Coaching dalam menyelesaikan masalah pembelajaran. Di dalam sesi ini, guru BK dikenalkan dengan istilah coaching. Coaching adalah sebuah ketramplan yang harus dimiliki oleh semua guru bukan hanya guru BK untuk membantu siswa menyelesaikan masalahnya, dalam hal ini masalah belajarnya. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajar antara guru dengan siswa. Coaching memiliki prinsip utama yaitu, kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi siswa. Dalam proses coaching, terjadi hubngan yang nyaman antara coach ( guru) dan coachee ( siswa). Coaching fokus pada siswa.
Di hari pertama, saya merasa mendapatkan penyegaran tentang disiplin positif dan coaching yang sedikit banyak telah saya pelajari di Pendidikan guru penggerak Angkatan 7 kemarin. Selain itu, saya juga semakin memahami tentang Pendidikan inklusi di sekolah melalui penjelasan dari Bapak Joko Yuwoo. Sebenarnya saja juga sudah pernah mengikuti kegiatan seperti ini sebelumnya di hotel HAPP Solo pada bulan Juni lalu.
Pada hari kedua, saya lebih antusias lagi untuk mengikuti bimtek ini. Pada bimtek hari kedua ini dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama diisi oleh bapak Setyo Budi Utomo yang dikenal sebagai ketua MGBK SMP Kab, Semarang. Isi materinya adalah Guru BK dalam Pelayanan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Pelaksanaan inklusi harus dilaksanakan secara kolaboratif antara semua warga sekolah. Memang sulit untuk melaksanakannya. Dari penelitian, hambatan yang ditemui adalah karena banyaknya anak ABK yang ditangani, ketidaktersediaan asisten guru, sarana dan prasarana yang kurang, kurangnya pendanaan, dan sikap orang tua serta staff. Permasalahan yang sering muncul adalah dari pihak sekolah terkait dengan pengadimistrasian, ketersediaan GPK ( Guru Pemimbing Khusus), kesiapan guru, dan sarana prasarana. Dari pihak orang tua terkait dengan kepedulian tentang perkembangan anak, dan pihak masyarakat terkait dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat. Hal yang dapat dilakukan oleh guru BK adalah menyadari bahwa setiap individu itu “unik”. Dan dalam melakukan layanan, dengan kewenangan yang terbatas, maka guru BK harus membuat tim di sekolah. Hal ini karena layanan untuk anak ABK tidak bisa dilaksanakan guru BK sendiri, tetapi harus berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah. Berikutnya adalah mengidentifikasi. Disediakan format yang bisa diisi oleh orang tua, wali kelas, orang tua dan guru bk itu sendiri. Hasilnya dapat ditindak lanjuti oleh Disdikbudpora. Dalam penyampaian materi, dijelaskan pula bahwa, seoarng guru BK harus memiliki jiwa altruis dan pro sosial.
Selanjutnya diberikan pengarahan oleh Kabid Dikdas, Ibu Sularsih. Bu Asih menjelaskan mengapa guru BK yang diundang dalam kegiatan Bimtek ini, karena guru BK dianggap linier dan cocok untuk menjadi guru pembimbing khusus ( GPK), sehingga guru BK membantu Dinas untuk menjadi guru GPK. Saat ini, seluruh sekolah harus menyelenggarkan Pendidikan Inklusi, sekolah tidak boleh menolak siswa ABK. Dan disinilah guru BK memiliki peran ganda yaitu menjadi guru BK dan menjadi guru GPK. Guru BK tidak bekerja sendiri, guru BK berperan sebagai leader tim penanganan siswa ABK di sekolah. Disdikbudpora Kab. Semarang akan segera membuat edaran dalam rangka mendukung terlaksananya Pendidikan Inklusi di sekolah. Pemerintah Kabupaten Semarangn juga akan segera mendirikan ULD ( Unit Layanan Disabilitas).
Pemateri ketiga hari kedua diisi oleh Pengawas dari Pemprov Jateng, Bapak Slamet Suprianto. Beliau menyampaikan materi tentang Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Bagaimana dan apa saja pengelolaan Pendidikan Inklusi di sekolah. Semua di awali dengan tes diagnostik awal dengan asesmen awal. Guru harus melakukan idetifikasi awal untuk menentukan jenis kelainan, sehingga dapat menentukan program seperti apa yang cocok untuk diterapkan didalamnya. Disampaikan Bapak Slamet, bahwa diagnostik hanya dapat dilakukan oleh tenaga ahli, seperti dokter, psikolog. Guru juga tidak berhak untuk melabeli siswa. Walaupun bisa melakukan diagnostik ( dengan mengetahui teknik dan ilmu ) tetapi kita sebagai guru tidak punya kewenangan. Guru bisa melakukan asesmen awal sederhana sendiri yang digunakan untuk keperluan di lapangan dan untuk keperluan sendiri. Asesmen awal dapat berupa wawancara, observasi, angket dan bertanya pada guru sebelumnya. Asesmen awal juga disesuaikan dengan jenis ketuaan.
Lalu, kapan diagnostik dilakukan ? diagnostik dilakukan secara terus menerus. Hal yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan kurikulum untuk siswa ABK adalah melakukan adaptasi kurikulum, melalui duplikasi, modifikasi, subtitusi, dan omisi pada SKL,CP maupun TP termasuk tujuan pembelajaran. Adaptasi kurikulum yang dilakukan disesuikan dengan jenis ketunaan anak. Terakhir kegiatan ditutup dengan desiminasi dan berbagi praktik baik yang diisi oleh Ibu Tri Juni dari SMPN 2 Susukan ( Berbagi Praktik Baik) dan Ibu Cahya dari SMPN 1 Bringin yang telah mengikuti bimtek daring di SIMPKB. Guru diharapka dapat memahami siswa ABK.
Kegiatan hari kedua memberikan tambahan ilmu kerkait dengan Pelayanan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus, dan bagaimana Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran siswa ABK. Sunguh ilmu yang sangat bermanfaat untuk saya. Saya sangat senang mengikuti Bimtek ini. Selanjutnya, saya berencana untuk melakukan pengimbasan hasil dari yang saya dapatkan di Bimtek kepada rekan -rekan di SMP Negeri 2 Bringin. Semoga saya mampu menjadi guru yang bisa mengajari ( Ajari), membersamai ( Bersamai), dan mengasihi ( Kasihi) siswa ABK dan diberikan kesabaran. Semangat !
Bringin, 20 September 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar