Vudu Abdul Rahman

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pejuang AksaraTitisan Malahayati

Pejuang AksaraTitisan Malahayati

Kami tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda pada pukul 09.20 WIB, Selasa (15/11/2016). Saiful Muzakir sosok tegap berkulit gelap ditugaskan Alfiatunnur, seorang perempuan kelahiran Matangkuli, Aceh Utara, 12 Agustus 1981. Zakir merupakan salah seorang sukarelawan yang setia sejak TBM Ar-rasyid didirikan Dedek (Panggilan akrab Alfiatunnur) pada tahun 2009. Latar belakang pendirian taman bacaan masyarakat ini merupakan dampak dari penghentian bantuan lembaga donor untuk Aceh paska bencana tsunami. Dijelaskan Surat Kabar Kompas dalam rubrik Sosok, edisi 13 September 2016, bahwa lembaga donor menghentikan kegiatan di Aceh pada tahun 2009. Dia berpikir keras untuk tetap mendenyutkan gerakan membaca, buku-buku milik Wacana (Warung Baca Anak) yang berpusat di Jakarta yang kemudian dimanfaatkan untuk bahan buku bacaan TBM Ar Rasyid untuk anak-anak sehingga tujuan membangun Aceh setelah bangkit dari paska bencana tetap berjalan.

Dedek ketika dikunjungi pada hari pertama tidak dapat hadir di asrama karena istirahat paska operasi kista di Malaysia beberapa hari sebelumnya. Kami pun disilakan para staf yang telah diberi kepercayaannya dalam mengelola TBM Ar Rasyid. Lokasi taman bacaan masyarakat ini digunakan sebagai ruang serbaguna; PKBM, PAUD, dan kegiatan ibu-ibu PKK. TBM AR Rasyid dibangun di atas tanah seluas 9 hektar, 2 hektar dijual ke pengembang oleh Pemerintah Aceh, dan 6 hektar milik Aceh Utara. Beberapa bangunan di atas tanah seluas 6 hektar berdiri TBM, asrama, rumah sakit, lapangan futsal, kebun, dan mushola yang didanai Rotary International District 3400. Dukungan bermunculan dari Rotary Foundation dan banyak Rotary Club yang tersebar di seluruh dunia. Rotary Club telah melaksanakan kegiatan kemanusiaan, baik pada tahap tanggap darurat, tahap rehabilitasi maupun tahap rekonstruksi bahkan menggagas pembinaan generasi muda Aceh untuk mendapatkan pendidikan agar memiliki masa depan cerah.

Sebagai tindak lanjut gagasan di atas, Bupati Aceh Utara saat itu, Ir. H. Tarmizi A. Karim, M. Sc memberikan kepercayaan kepada Pihak Rotary Club 4300 untuk peminjaman tanah milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara seluas 60, 594 m2 di Gampong Kajhu dan Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Keputusan Bupati Aceh Utara Nomor 012/521/2005 tentang Pinjam Pakai Tanah Milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara yang terletak di Kabupaten Aceh Besar kepada Rotary Club D3400 yang di lokasi tanahnya dibangun Youth Center.

Pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dengan pihak Rotary Club mengadakan kesepakatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana yang dibangun di atas lahan Pemerintah Kabupaten Aceh yang berlokasi di wilayah Kabupaten Aceh Besar Pada tanggal 14 November 2010. Kerjasama tersebut dalam rangka memfasilitasi pendidikan anak-anak yatim piatu korban gempa bumi dan tsunami serta pembinaan generasi muda Aceh ke depan agar mandiri. Oleh sebab itu, perlu membentuk suatu badan pengelolaan seluruh kegiatan pendidikan yang ada di kawasan Aceh Besar termasuk pengaturan terhadap gampong anak dan pusat kesehatan.

Sebagai tindak lanjutnya pada Maret 2012, pemerintah Aceh Utara dan Provinci Aceh bersama dengan pihak Rotary International telah membentuk sebuah yayasan yang bernama Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Aceh. Hak kepemilikan tanah berada pada tangan Pemerintah Aceh dan Aceh Utara. Pengelolaan gedung dipercayakan kepada Dedek, sebuah penghormatan pihak Rotary Club kepadanya karena merupakan inisiator project. Dedek diangkat ketua yayasan yang berperan sebagai pembuka hubungan antara Rotary Club dengan pemerintah terkait, sebab Rotary tidak dapat ikut campur.

Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Aceh (Yakesma), merupakan organisasi lokal yang dibentuk untuk melanjutkan pembangunan dari asset Aceh Utara dan Provinsi Aceh yang terdapat di desa Kajhu dan Blangkrueng, Aceh Besar. Di atas tanah yang lebih kurang 9 hektar, terdapat gedung asrama anak yatim, sekolah, klinik dan hostel juga sarana olahraga, kolam ikan, persawahan dan lainnya.

Perijinan sangat sulit ketika pergantian gubernur yang tidak mengerti dengan kesepakatan sebelumnya. Dedek pernah mendirikan sekolah gratis dengan menggunakan bangunan-bangunan tersebut dengan jumlah 60 anak asuh yang didanai pihak Australia. Sekolah gratis ditutup karena tidak mendapatkan perijinan Pemerintah Aceh sehingga bantuan dari Australia dialihkan ke Srilanka. Gedung-gedung disewakan dan beralih fungsi menjadi asrama mahasiswa UIN dan tempat pelatihan-pelatihan guru karena hotel-hotel belum banyak pada tahun 2013.

Pemerintah Aceh mendekati Dedek agar gedung-gedung tersebut dapat digunakan sebagai tempat pelatihan guru, namun tidak memiliki properti lengkap, kosong, tidak ada tempat tidur, kursi dan lainnya. Dia melobi Rotary Club untuk pemasangan lampu, tetapi aliran listrik tidak ada. Dia membeli properti dan pemasangan listrik dengan menghutang sejumlah 200 juta ke toko-toko di Aceh dengan menggadaikan mobilnya sebagai jaminan kepada para penjual properti. Ketika bantuan untuk Aceh dihentikan, uang sewa asrama mahasiswa dan pelatihan guru dijadikan dana talang dalam bergiat dan perbaikan gedung. Dari perputaran dana tersebut cukup memecahkan masalah untuk mempertahankan gedung-gedung tetap berdiri.

Dua belas tahun berlalu setelah Aceh diluluh-lantakkan tsunami, Dedek berjuang mempertahankan gerakkannya sendirian. Meski hambatan silih berganti, mulai minat baca warga yang kurang, sengketa tanah, kurang berpihakkan pemerintah, hingga dianggap mengajarkan di luar aqidah oleh masyarakat kepada anak-anak. Anggapan tersebut seiring waktu tergerus kebutuhan pendidikan masyarakat Aceh itu sendiri, sehingga anak-anaknya selalu datang setiap sore. Tidak hanya memberi ruang baca saja, di lokasi tersebut anak-anak mengikuti les privat gratis.

Meski pengeluaran untuk perawatan gedung, membayar sukarelawan sangat besar tetapi upayanya untuk bekerja sama dengan berbagai pihak terus dilakukan. Setiap bulan puasa menerima bantuan dari Kanada dengan bentuk zakat sekitar 8000 - 1000 USD untuk anak-anak asuh TBM Ar Rasyid. Dedek menyiapkan para sukarelawan untuk mengambil alih kepemilikan gedung suatu saat. Oleh sebab itu, para sukarelawan ini dididik Dedek dengan keras agar cerdas dan bermental baja.

Lokasi yang termasuk daerah terparah terkena gelombang tsunami tersebut mulai dibangun pemukiman padat. Tentu saja warga-warga tersebut memerlukan ruang pendidikan, Dedek siap menampung mereka untuk mengikuti pembelajaran di Yakesma.

Dedek juga merupakan ketua FTBM Aceh Besar, kenyataan di lapangan belum berjalan lancar karena kordinasi masih menjadi hambatan menurutnya.

Setelah Plt. Gubernur dijabat Ir. Tarmizi Karim, celah cahaya mulai kelihatan. Dedek dibantu beberapa hal dalam pengembangan dan dipermudah dalam pergerakan. Dedek membayar seluruh perawatan gedung, perbaikan gedung, dan pembayaran gaji keamanan. Beberapa pihak ingin mengambil alih gedung-gedung dari tangan Dedek dengan berbagai dalih.

Dedek masih harus berjuang untuk mempertahankan kepemilikan gedung dan tanah, hal tersebut tergantung kebijakan Pemerintah Aceh dan Aceh Utara. Komunikasi dari pihak kedua dan ketiga masih tersumbat karena masih menganggap Dedek dan gedung-gedung yang didirikan melalui bantuan Rotary Club adalah masalah bagi mereka. Ketiga pihak ini terkesan merebutkan aset yang padahal jika bekerja sama dapat menjadi kebaikan untuk Aceh. Ketiga pihak ini harus menurunkan tensi ego masing-masing untuk Aceh bersinar di masa depan.

Pihak tertentu juga sempat mengekspos ke media bahwa Dedek merebut kepemilikan tanah Pemerintah Aceh dan Aceh Utara. Isu tersebut tenggelam seiring kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan redaksi media tersebut yang sepihak. Para relawan yang setia membantu Dedek hingga kini di antaranya: Muzakir, Muh. Rabiul Saini, Jimmi, Hasan, Zurayda, Eni Darlia, Wahyuni, Siti Hajar, Fitriyana, Nurul masyitah, Chairun Nisah, Nana Muliana, Nunung Asrina, Melvi, M. Reza, Marsuri, Nazliati

Alfiatunnur dan rekan-rekan sukarelawannya adalah mata air Aceh yang dapat menghidupi pendidikan masyarakat. Tetapi jika kepentingan politik mendominasi, maka energi mereka akan habis dan mungkin memilih tinggal di pulau lain yang menerima mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post